Selasa, 19 April 2011

Penyusun Dunia

Thales adalah seorang filsuf yang mengawali filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Thales memiliki pemikiran yang berbeda dengan pemikiran orang-orang yang berada di masa nya. Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir secara mitos dalam menjelaskan segala sesuatu. Thales mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos melainkan pada rasio manusia. Sebab itu juga, Thales dianggap sebagai perintis filsafat alam.
Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar segala sesuatu. Air menjadi dasar dari segala-galanya di alam semesta. Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua mahluk hidup memerlukan air untuk hidup. Menurut Thales, berkat kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab- sebab lain, air mampu tampil dalam segala bentuk.

Tentu kita yang sudah hidup beratus-ratus tahun setelah Thales tahu bahwa hal tersebut tidak benar, namun sangat menarik memperhatikan bagaimana para filsuf-filsus Yunani ini menemukan penyusun dunia kita.

Anaximenes merupakan murid dari Thales, ia pun juga sama seperti Thales yang meyakini bahwa ada prinsip khusus yang menjadi dasar dari segala sesuatu. Jika menurut Thales air adalah prinsip dasar sesuatu, Anaximenes menganggap bahwa udaralah prinsip dasar bagi semua hal. Dalam prinsip Thales, terjadi suatu keanehan bahwa tidak mungkin air mengandung api, bukan? Namun menurut Anaximenes, udara dapat ditemui dalam setiap hal, baik air, api, manusia, maupun segala sesuatu. Menurut Anaximenes, udara adalah zat yang menyebabkan seluruh benda muncul, telah muncul, atau akan muncul sebagai bentuk lain. Dimana perubahan-perubahan tersebut terproses dengan prinsip 'pemadatan-pengenceran'. Jika udara menjadi semakin padat, maka akan muncil angin, air, tanah, dan batu. Sebaliknya, jika udara mengencer, maka timbullah api.

Kedua filsuf yang saya ceritakan di atas setuju akan satu hal, yaitu segalanya tersusun dari satu prinsip dasar. Namun ada seorang filsuf bernama Empedocles yang menentang teori tersebut. Menurut Empedocles, prinsp dasar tersebut bukan satu, melainkan empat, yang disebut empedocles sebagai 'akar'. Empat akar tersebut adalah Air, Api, Tanah, dan Udara. Semua proses alam disebabkan oleh menyatu atau terpisahnya keempat unsur ini. Semua benda merupakan campuran dari empat unsur ini, namun komposisinya tiap benda berbeda-beda, dan saat benda ini mati, mereka akan terurai menjadi empat unsur ini lagi. Prinsip ini dapat digambarkan dengan analogi sebagai berikut, Pelukis tidak dapat membuat banyak warna dari satu warna merah saja, namun jika ia memiliki warna biru, kuning, merah, dan hitam, maka ia dapat membuat berbagai macam warna lainnya dengan komposisi warna yang berbeda-beda.


Sumber:
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Empedokles
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Anaximenes
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Thales
  • Buku Dunia Sophie karya Jostein Gaarde

Tidak ada komentar:

Posting Komentar